Kamis, 31 Desember 2015

TAHUN BARU

Kisah tahun 2015 sudah usai. Semua perjalanan kemarin, telah menjadi pelajaran dan pengalaman yang indah. Tak ada yang harus disesali karena semua adalah hal berharga untuk masa depan.

Biarkan rasa kecewa cemas sedih dan duka lalu menguap bersama waktu tak usah terlalu keras ingin melupakan, karena bisa menjadi penyakit, sebaliknya. Semua hal yang bahagia cukup simpan sebagai kenangan yang menyenangkan jangan terlalu berlebihan berharap.

Tahun baru ini bukan tentang jalan-jalan, pacar dan kembang api, lebih dari itu semua. Kita dituntut menjadi manusia dewasa yang bijak dan lebih baik dari sebelumnya. Bukan peran ego kita yang dibiarkan berkembang. Tapi kualitas diri kita dengan sesama. Memberikan hak mereka, menghargai hak mereka, memberikan keadilan atas hak mereka!!tanpa meragukan meremehkan atau malah menindas. Cinta kasih kita lebih banyak berperan.


Semoga saja kita tumbuh menjadi pribadi yang dapat mengendalikan ego dewasa bijaksana ditahun yang baru ini.

Minggu, 13 Desember 2015

AKU HANYA BUTUH KEPASTIANMU

Aku masih tak mengerti. Beribu kali berpikir kemudian menyusun pertanyaan-pertanyaan untukmu yang secara mendadak, tanpa aku siap memintaku menjadi kekasihmu. Aku sudah lama mengenalmu, tak begitu dekat memang. Kita hanya berbicara seadanya. Bercanda biasa saja. Pergi bersamamu hanya sekedar liburan. Tak ada yang lebih dari itu. Aku dan kamupun sama-sama biasa saja. Kita teman biasa!!!!
 
Lebih jauh dari itu jujur saja tawaranmu tak menarik lagi. Aku sudah kelelahan menjalani permainan hati. Menurutku ini akan sia-sia saja. Aku sudah mengalaminya, ikatan hubungan pacaran pada akhirnya akan menjauhkan kita. Aku tak mau lagi menghancurkan hati yang dengan tertatih aku menatanya. Hatiku selalu berantakan saat mengiyakan seseorang memacariku. Dan aku tak mau lagi terjadi. Kau pasti tahu melupakan itu sulit terlebih saat kita sudah biasa.
 
Bukan apa-apa, aku tak lagi bersemangat membuang waktuku karena harapan kosong dan kata-kata yang manis dilidah saja. Aku sedang memperjuangkan mimpi-mimpi. Aku sedang merapikan masa depanku yang sempat kuabaikan kemarin. Aku tak lagi berminat menangisi kabar seseorang, marah tak jelas saat cemburu, atau hal lainnya kala dulu aku jatuh hati pada seseorang.
 
Jika kau terus memaksa dan serius. Aku ingin bertanya padamu. Tentang hal yang kemarin kita bicarakan.
     "Apa yang menarik dari gadis sepertiku? Aku keras kepala, memiliki ambisi yang gila, mengejar mimpinya dengan keras, aku tak pandai berkomunikasi cukup membosankan untuk di ajak bicara bahkan sering tak ada bahan pembicaraan yang asik. aku menyukai dunia yang kujalani. aku sosok pendiam tapi aku suka lawanku lebih banyak bicara. Aku tak cantik!!! aku tak pandai berdandan tak suka berbedak tebal tak suka berlipstik tak suka memakai maskara. aku lebih suka tampil apa adanya diriku, menampilkan sosokku sendiri sesuai yang nyaman dengan moodku. Aku tak pandai!!! aku selalu merasa kurang pandai.... aku banyak menghabiskan waktuku di depan laptop mempelajari apapun yang ingin ku ketahui. jika nantinya aku tak membalas chatmu tak mengangkat telponmu apa kau akan marah?. Aku tak suka berjalan-jalan menghabiskan uang di mall, aku takut air laut tapi aku menyukai pemandangan yang hijau luas di ketinggian. Mungkin aku akan memilih duduk diam di rumah browsing segala tempat yang indah di mataku di banding kau ajak berjalan-jalan. aku akan lebih memilih duduk di taman di banding kau ajak berlari mengejar ombak laut. tapi aku akan selalu siap kau ajak mendaki gunung. aku sangat memimpikan itu sejak kecil sayang kondisiku yang dulu memburuk impianku itu tertunda. Aku memiliki prinsip yang keras!!! aku masih hijau dalam berpacaran tak lebih tahu dari apa yang dilakukan seorang sepasang kekasih. Kecuali melakukan segalanya bersama, bercanda tertawa bersama berbagi suka duka bersama, selain itu aku tak akan melakukannya. aku kurang percaya pada pria yang memenggang tanganku erat kemudian menghempaskannya begitu saja. aku dengan segala egoku yang mungkin bisa saja melebihimu. aku akan bisa marah tiba-tiba atau saat moodku rusak akan diam tanpa kata apa kau akan mengerti itu nantinya?"
 
Banyak pertanyaan lagi yang ingin sebenarnya aku tunjukan padamu.... tapi yang ingin ku tahu jawabannya adalah
 
"SAMPAI KAPAN KAU AKAN MEMINTAKU MENJADI KEKASIHMU? DAN DIMANA AKHIR KITA NANTI? KAU YANG KEMUDIAN PERGI ATAU KAU AKAN TINGGAL DENGANKU SAMPAI NANTI SAAT TUHAN LELAH MENCERITAKAN KISAH KITA???"
 
Aku tak butuh apapun yang ada dalam dirimu. Aku hanya butuh kepastianmu saja. sekurang dan selebihnya itu kita akan menyesuaikan dan mencarinya. Karena aku percaya saat dua orang menyatu dalam sebuah pengertian segalanya akan lebih mudah. 
 
Soal cinta itu bisa kita ciptakan sedemikian rupa seperti apa yang kau dan aku mau. Kita hanya butuh waktu. Tapi.... KAU HARUS MENGERTI INI HATI BUKAN TEMPAT PARKIR. DIMANA KAU BOSAN KAU AKAN PERGI. 

Rabu, 09 Desember 2015

KARENA KITA BERBEDA

Waktu yang tiba-tiba mempertemukan kita tanpa alasan, membuat kita berpendapat bahwa aku adalah tulang rusukmu. Semua proses yang kita jalani terjadi sangat cepat, begitu saja terjadi. Kita berkenalan, bersama kemudian berpisah. Keadaan ini kadang kita sesali. Hingga ada banyak pertanyaan yang tak ada jawabnya kita lontarkan pada Sang Pemilik Dunia. 


           " mengapa dulu kita tak mempertimbangkan rasa ini? mengapa kita tak menawar keadaan ini? mengapa kita terburu-buru karena kelelahan kita mencari? kenapa rasa nyaman ini menghentikan kita kemudian memberi rumah untuk hati yang pernah terluka? kenapa kau dan aku bisa begitu saja berpendapat kita jodoh? kenapa kita membiarkan berparasan ini berkembang secara liar?  kenapa kita ingin saling memiliki? hingga kenapa kita saling melukai jika sebenarnya kita jatuh cinta?'

Beberapa pertanyaan yang seharusnya dalam kita sendirilah terdapat jawabannya. Seperti keadaan kita kemudian secara tiba-tiba kita saling menyalahkan. Mencaci maki Sang Penguasa Hidup karena pertemuan kita. Marah pada perbedaan yang ada. Bahkan sering kali bertanya pada angin " MENGAPA KITA BERBEDA"

Saat hening diantara kita tercipta kita sering memutar memori masa silam. Awal kita bertemu kemudian menjalani keadaan yang kita perumit sendiri hingga akhirnya kita akan menyerah. Aku mengingat bagaimana kau tersenyum begitu manis kala itu... kala kita mengingat pertemuan kita yang lucu. Saat dimana kemudian kita berlagak acuh dengan perbedaan kita. Lalu saat benar-benar dunia menolak bersatunya kita. Dan akhirnya saat sinar matamu meredup dan menyakinkan aku bahwa kita harus menyerah.

Aku tahu pada akhirnya perjuangan kita sia-sia. Kita sudah kalah sebelum memulai perang ini. Kita sama-sama paham dengan keadaan ini. Tapi keras kepalanya kita dan keegoisan kita tak bisa kendalikan. 

Sisa akhir dari kisah yang kita buat hanya lebam. Lebam dalam hati yang tak bisa terobati. Perjuangan kita bukan lagi membuat jembatan untuk melewati jurang yang dalam itu. Kita mencari jalan kita sendiri untuk menerima bahwa hanya ada jalan buntu di sepertiga jembatan kita.

Sudah .... jangan lagi marah pada Tuhanmu. Dan jangan lagi bertanya padaNya tentang semua yang sudah terjadi. 

     " Kita hanya menyebut namaNYA dengan sebutan yang berbeda. Kita hanya beribadah dengan cara yang berbeda. Kita hanya ada di tempat ibadah yang berbeda. Kita percaya Tuhan itu ESA. Kita hanya memiliki warna kulit yang berbeda. Kita hanya berasal dari suku yang berbeda. Kita hanya memiliki tingkah yang berbeda"

Semua yang kita anggap mudah ternyata tak semudah itu kita jalani. Banyak batu yang menghadang... jurang itu terlalu dalam, tembok itu terlalu kokoh kita runtuhkan. Jembatan yang kita bangun bersama tak bisa kita lewati berdua.

Sama sepertimu aku juga mencintai Tuhan yang sudah kuyakini ada sejak lahir dengan caraku yang berbeda denganmu. Sama sepertimu aku tak bisa melukai hati ibuku dengan pilihan yang menurutnya salah. Aku sangat menyayangi ibuku sepertimu.

Ini memang menyakitkan.... tapi kita harus menerimanya. Ikhlaskan aku berjalan dengan jalanku sendiri, akupun mengikhlaskanmu dengan takdirmu. Kita sudahi amarah ini... pada waktu yang sudah menjebak kita dalam pertemuan, pada keadaan yang tak mau bersahabat dengan kita bahkan pada Tuhan yang tak merestui kita.

Sampai disini.... kita selesaikan semua perjuangan kita dengan saling melambaikan tangan. Jangan tengok keadaanku jika itu menyebabkan perih dalam hatimu. Jangan lagi berjalan kearahku membawa keyakinan yang sudah pupus. 

Aku sudah memutuskan berjalan menjauh dari harapan kita dulu. Hari ini kita selesaikan kisah kita sendiri-sendiri. Mewujudkan segala mimpi-mimpi kita yang dulu sempat terhenti.

Kamu harus dapat menggapainya... memiliki sebuah hunian di gedung tinggi dan memiliki mobil sport yang termahal. touring mengelilingi indonesia dengan mogemu. menyelesaikan S1 mu dengan baik. menjadi Sarjana Teknik yang handal. Memiliki sebuah restoran terkenal di seluruh kota di Indonesia.


Dan aku akan mewujudkan jua mimpiku. memiliki rumah mungil di tengah desa yang asri memiliki berhektar-hektar perkebunan... mengendarai mobil mungil berwarna merah dan mampir ke seluruh penjuru negeri ini dengan vespa warna putihku.

ya.... sampai akhirnya kau dan aku membawa kisah kita di negeri dongeng. melihat indahnya negeri itu dengan sendiri-sendiri.

Sampai jumpa kamu di masa depan kita nanti semoga kau menemukan seseorang yang tak perlu menjalani segala kerumitan kita dulu. dan yang pasti ia mencintai ibumu sepertimu. 

Terima kasih atas kisah kita, semangatmu, pelajaran ini dan pengalaman yang luar biasa, Semua ini mendewasakanku. terima kasih :)

 

Minggu, 06 Desember 2015

main-main

Ada ruang dalam diriku yang kosong. Tak berasa apa-apa, hampar. Tak pernah sempat aku tersenyum karena tingkah seseorang. Semuanya ku buat sendiri. Sunyi dan Sepi adalah tawa termerdu yang terdengar telinga. Kawanku sang senja jua malam. Aku sering tenggelam di dalamnya kadang tak ingin lagi muncul di permukaan. Waktuku tak pernah berkesan, semuanya biasa saja.

Denganmupun tak kurasakan istimewa, canda dan tawa kita sebatas angin berhembus. Menghilang begitu saja saat kita terdiam. Perasaan ini tak pernah menggebu-gebu. Aku tak memiliki getar bersamamu. Rindupun tak pernah hadir saat kau menghilang. 

Berkekasih seperti apa ini? Ku tahu dalam dirimupun sama seperti denganku. Kita tak saling mencinta. Keadaan saja yang membuat kita harus bersama. Kehilangan kita yang sama dalam dan sama sakitnya alasan kita menjalani hari ini beriringan.

Ada dia dalam hatimu, Ada dia di hatiku. Sudah jelas kita tak pernah saling mencari saat perasaan ini baik-baik saja. Tapi merasa sepi saat tak saling bicara. Ini bukan cinta, ini hanya sebatas pelarian saja.

Aku..... Kamu sama-sama dewasa. Mengerti... apa yang ada dalam diri masing-masing sebab kita bukan lagi kanak-kanak. 

Lantas apa ini sebenarnya ? jika tak ada cinta...apa hubungan ini? aku menganggapmu kawan tapi kau mengatakan pada mereka aku kekasihmu. Kau mempermainkan permainan kita terlalu serius. 

bagaimana jika kita sudahi? aku ingin bebas dari jutaan pertanyaan mantan kekasihmu juga teman-temanku. Kau tentu saja tahu! kembali saja pada dia jangan kembali saat ia melukaimu. Kalian hanya kurang mengerti... jadi salinglah mengerti. Jangan cintai dia berlebihan cukup dalam batasanmu.

Aku mundur jadi kawanmu. Karena harapan besar teman-temanmu tentang kita. Karena hati kita tak beriringan bersama. Karena kita memerankan tokoh yang sama-sama pasif. Aku tak ingin terbawa perasaan dengan permainan ini sebelumnya. Tak pernah mau mengikuti karakter tokoh yang kau mainkan. Sayangnya kau terlalu memaksaku.

Aku mundur.... tak ingin kau bagi apa-apa lagi dari jutaan cerita hidupmu terlebih tentang hal tersensitif dalam dirimu. Aku tak ingin menjadi mlaikat yang seperti kau impikan.

Bukan apa-apa. Aku hanya manusia berperasaan. Pernah terluka dan tak mau mengulanginya. Semua alasanku sederhana. Sesederhana kita bersepakat membuat permainan dulu.

Minggu, 29 November 2015

bercanda denganmu

aku tengah bercanda dengan waktu. rasanya lucu saat aku memutar memori masa lalu. saat semuanya hanya tentang kamu. menggelikan tapi indah di kenang. dimana kekanak-kanakannya kita yang di landa asmara. kita sering mengibaratkan jika dunia miliki kita. masa itu... masa putih abu-abu yang menyenangkan. kelabilan kita, presepsi kita tentang cinta seolah semuanya benar.

hari ini aku mengingatmu tiba-tiba, kemudian membuka semua memori yang kita simpan dulu. aku tersenyum, merasa bodoh dan konyol. ada rasa sedih tapi juga bahagia. apa kabarmu hari ini? aku yakin masih seceria dulu. karena kau memang sosok yang gila.

bukan... bukan aku belum melupakanmu atau aku ingin kembali. aku hanya sebatas mengenangmu. aku tak lagi berminat merebutmu dari duniamu hari ini. entah tiba-tiba saja aku ingin mengenang masalalu.

kau masih ingat keinginan kita menjelajah dunia. sampai mana kau sudah melangkah? apa mimpimu sudah kau jalani hari ini? semoga segera tercapai.

kabarku? tentu luar biasa setiap harinya. banyak hal yang ku temui setiap hari. dan juga masih seperti dulu. aku masih sering berimajinasi, memiliki mimpi-mimpi gila yang tak masuk akal. dan berkhayal yang aneh-aneh. aku masih suka menyendiri. masih suka menapaki kesepian juga sunyi juga mencari ketenangan. aku masih suka berdiam diri. dan banyak hal yang masih sama.   

     

Minggu, 15 November 2015

untuk perempuan terhebat dalam hidupku yang terus bertanya "kapan aku menikah"

ibu. rasanya baru kemarin putrimu ini meninggalkan rumah untuk mengerti apa arti hidup sebenarnya. merantau di kota asing yang sama sekali tak ada dalam bayangannya sewaktu kecil, bahkan bekerja bukan seperti yang ia inginkan. semua itu di lakukan untukmu ibu. untuk kebahagiaanmu. untuk merubah nasibnya juga untuk masa depan yang lebih baik.

belum apa-apa ibu, ini baru sepertiga perjalanan yang putrimu ini lewati. asam pait manis hiduppun masih samar-samar putrimu ini rasakan. masih banyak pelajaran, pengalaman juga ambisi yang ingin ku gapai. ada banyak rencana yang ingin ku wujudkan ibu. mimpi-mimpi tentang dunia di imajinasiku ingin benar-benar ku realisasikan ibu.

engkau tahu ibu... kau tahu betul apa yang menjadi ambisi putrimu ini. cukuplah bu... aku memintamu untuk tidak lagi bertanya kapan aku menikah. jika Tuhan berkehendak tentu di waktu yang tepat Ia mempertemukanku dengan jodohku. laki-laki baik yang membimbingku,melindungiku,menjagaku dan membahagiakanku. dan yang pasti ia bertanggung jawab juga setia

andai kau tahu ibu... banyak trauma dalam jiwaku saat menghadapi laki-laki. aku takut laki-laki itu seperti ayah. yang meninggalkanmu bersama anak-anaknya dan kembali saat ia sakit. yang tak pernah kurasakan kasih sayangnya untukku. aku takut menemukan laki-laki seperti itu. di tanah rantau ini ibu. aku banyak menemukan laki-laki jahat. yang bak malaikat di depanku dan seperti iblis di belakangku.

menikah bukan hanya tentang aku dan dia saja ibu. menikah tentu tentang bersatunya 2 keluarga besar. aku takut bagaimana jika yang mencintaiku tapi ia tak mencintaimu. bagaimana keluarganya membencimu? aku tak akan menerima itu semua ibu. cukup dengan laki-laki sederhana yang memiliki cinta luar biasa. aku hanya menginginkan itu saja ibu. tak lebih.

tapi lebih baik ku dengar kata Tuhan saja. biarlah ia menentukan siapa jodohku. tak usah buru-buru ibu. tapi pasti ia menua bersamaku. ia juga pasti mencintaimu seperti mencintai ibunnya. aku tak mau sembarangan menerima seorang pemuda sebagai pendampingku ibu.

ibu, yakinlah putrimu ini baik-baik saja. ia pasti segera mengapai mimpinya kemudian suatu saat nanti mengenalkanmu pada seorang pemuda. saatb ini ku mohon doakan saja setiap langkahku ini terbaik. jangan kau risaukan dengan keadaan sekelilingmu. biar saja mereka berkomentar. aku masih sangat labil untuk menjadi sepertimu ibu. aku masih memiliki banyak ambisi juga mimpi yang ingin ku wujudkan. doakan langkahku ibu.

Jumat, 13 November 2015

Jakarta

JAKARTA...
apa kabarmu hari ini kawan?
 kurasa masih sama saja
MEMBOSANKAN, MONOTON, JENUH
sudah 3 tahun aku menemanimu
dan kita masih belum bersahabat
masih saling meledek, masih saling menghujat
kita sama-sama mengangkuhkan diri
Kau tahu.....
aku HEBAT, aku BISA, aku SANGGUP
Tapi aku juga tahu
kau TAK ramah, kau KEJAM, TANPA AMPUN
kita masih belum berkenalan
sampai saat ini
Tapi
aku menaruh harapan padamu
ada sebagian mimpiku, kusandarkan 
di dalammu.... JAKARTA
pernah sekali... aku ingin menyerah
tapi kesombonganmu
menantang nyaliku
menantang jiwa juaraku
baiklah jakarta ku terima tantangmu
siapa yang akan bertekuk lutut pada dunia!!
yang pasti ku katakan
BUKAN AKU! BUKAN AKU!
kesombonganku sejajar denganmu
itu karenamu juga
karena ajaranmu padaku
aku sama tak ramah? kejam? tanpa ampun?
tidak.. aku akan menyapamu 
tak sama seperti yang sudah tinggal disini lebih dulu
walau dengan ledekan dan hujatan
walau kita tak pernah berkenalan,walau kita tak pernah bersahabat
 
 
 
 

KAMU

Seingatku jatuh cinta itu menyenangkan
 Tapi semua itu dulu
Saat dalam duniaku masih ada kamu
Rasanya dunia milikiku

Ketika namamu di sebut nafasku sesaat berhenti, wangi tubuhmu membuat fokusku menghilang, tatap matamu yang membuat jantungku tak beraturan, suaramu seperti nyanyian terdengar merdu, saat semua tingkahmu memcuri perhatianku. SUNGGUH, dunia sangat indah waktu itu.

 Akalku beku!!
Logikaku tak sejalan dengan hatiku
KAMU....
manusia konyol bahkan tergolong gila
merampas seluruh perasaanku
tanpa permisi... tanpa meminta
benar-benar seperti kelakuanmu ah
tak sopan....

Lantas bagaimana aku mengendalikannya?
menghindar darimu? 
ATAU
menjauh darimu?
 
 
sudah cukup bijaksana aku menawar pada Tuhan. melawan hati dan bersi keras menyatukan logikaku. mempertimbangkan segala kemungkinan. memilih satu persatu keadaannya.


tapi aku gagal tuan
kamu sudah terlebih dulu menguasainya
aku jatuh cinta padamu
diamku adalah cara terbaik untuk kita tetap baik
dan kepergianku 
adalah bukti aku memang jatuh hati padamu

untukmu tuan si selung pipi yang manis.






 

RUMAH

Rumah... mungkin bagi sebagian orang adalah tempat paling nyaman di dunia. Istana paling indah walau dunia luar terlihat megah. Karena beratap cinta dan kasih, bertembok kehangatan,bertiang kebersamaan. Tempat akhir setiap perjalanan,tempat pulang kemanapun kaki melangkah. 

Tapi aku rindu rumah itu, rumah yang kujabarkan. Rumah yang ku definisikan sederhana tapi menjadi impianku. Rasanya rumahku itu kosong, dingin, hampa. Kehangatannya sudah di rengkuh ego masing-masing. Seperti kumpulan orang asing. Tak peduli satu sama lain.

Apa indahnya layar screen selebar 5 inchi itu di banding kita berbicara dan bercanda bersama?. Apa asiknya nongkrong dengan teman-teman di banding duduk bercanda dengan keluarga. Apa kenyangnya makan sepotong roti di tempat kerja di banding masakan ibu di rumah?. apa hebatnya kicauan manusia di luar di banding nasehat ayah? apa hangatnya bertengkar dengan kekasih di banding berantem dengan adik? 

semua itu  sudah hilang semenjak duniaku berjalan bebas penuh inovasi dari barat juga pergaulan yang semakin hingar bingar. Kehangatannya menguap seiring kebutuhan hidup harus dipenuhi. Kebersamaannya menghilang seiring perkembangan tubuh kami, dan dingin karena lebih asik sendiri.

ayah mungkin lupa kemana ia pulang. karena ia harus berpergian jauh untuk memenuhin kebutuhan dasar kami. ibu mungkin tahu masih ada banyak kekurangannya makanya ia ikut bekerja keras. kakak-kakakku sudah tak lagi betah di rumah karena teman-temannya lebih asik di banding adiknya. dan adikku masih belum mengerti apa-apa kecuali bagaimana caranya ia tak jenuh di rumah. ia selalu bermain. aku sendiri??? lebih asik tenggelam dalam kesepianku.

bagaimana bisa aku  bertahan di luar rumah? sedang aku tak memiliki banyak teman seperti mereka. terlebih omongan orang tentang keluargaku cukup membakar emosiku.

hari ini aku sudah ada di tanah rantau. AMBISIKU menjadi ORANG SUKSE!! bagaimanapun caranya. aku tak lagi peduli dengan mereka. yang pasti aku harus kembali pulang dengan kebahagian. 

Tapi rasanya aku tak mau pulang. disini lebih nyaman dan tenang di banding rumah. aku juga lupa kemana aku harus pulang. karena itu bukan rumah lagi. itu bukan lagi keluarga. entahlah berkembangnya dunia penuh teknologi menjadikan kita berlomba mengejar uang. aku rindu kasih sayang ayah ibu, perhatian mereka bercanda dan makan bersama mereka. 

aku rindu nada lembut dari masing-masing keluarga tanpa ada yang meninggikan suara atau sesegukan menangis karena masalah dunia.

tapi ya sudahlah mungkin rumahku sudah tertiup angin kemarin hari ini yang tersisa hanya harapanku untuk membangun sebuah rumah kembali. yang penuh cinta canda kehangatan kebersamaan dan rumah yang kokoh.