Minggu, 06 Desember 2015

main-main

Ada ruang dalam diriku yang kosong. Tak berasa apa-apa, hampar. Tak pernah sempat aku tersenyum karena tingkah seseorang. Semuanya ku buat sendiri. Sunyi dan Sepi adalah tawa termerdu yang terdengar telinga. Kawanku sang senja jua malam. Aku sering tenggelam di dalamnya kadang tak ingin lagi muncul di permukaan. Waktuku tak pernah berkesan, semuanya biasa saja.

Denganmupun tak kurasakan istimewa, canda dan tawa kita sebatas angin berhembus. Menghilang begitu saja saat kita terdiam. Perasaan ini tak pernah menggebu-gebu. Aku tak memiliki getar bersamamu. Rindupun tak pernah hadir saat kau menghilang. 

Berkekasih seperti apa ini? Ku tahu dalam dirimupun sama seperti denganku. Kita tak saling mencinta. Keadaan saja yang membuat kita harus bersama. Kehilangan kita yang sama dalam dan sama sakitnya alasan kita menjalani hari ini beriringan.

Ada dia dalam hatimu, Ada dia di hatiku. Sudah jelas kita tak pernah saling mencari saat perasaan ini baik-baik saja. Tapi merasa sepi saat tak saling bicara. Ini bukan cinta, ini hanya sebatas pelarian saja.

Aku..... Kamu sama-sama dewasa. Mengerti... apa yang ada dalam diri masing-masing sebab kita bukan lagi kanak-kanak. 

Lantas apa ini sebenarnya ? jika tak ada cinta...apa hubungan ini? aku menganggapmu kawan tapi kau mengatakan pada mereka aku kekasihmu. Kau mempermainkan permainan kita terlalu serius. 

bagaimana jika kita sudahi? aku ingin bebas dari jutaan pertanyaan mantan kekasihmu juga teman-temanku. Kau tentu saja tahu! kembali saja pada dia jangan kembali saat ia melukaimu. Kalian hanya kurang mengerti... jadi salinglah mengerti. Jangan cintai dia berlebihan cukup dalam batasanmu.

Aku mundur jadi kawanmu. Karena harapan besar teman-temanmu tentang kita. Karena hati kita tak beriringan bersama. Karena kita memerankan tokoh yang sama-sama pasif. Aku tak ingin terbawa perasaan dengan permainan ini sebelumnya. Tak pernah mau mengikuti karakter tokoh yang kau mainkan. Sayangnya kau terlalu memaksaku.

Aku mundur.... tak ingin kau bagi apa-apa lagi dari jutaan cerita hidupmu terlebih tentang hal tersensitif dalam dirimu. Aku tak ingin menjadi mlaikat yang seperti kau impikan.

Bukan apa-apa. Aku hanya manusia berperasaan. Pernah terluka dan tak mau mengulanginya. Semua alasanku sederhana. Sesederhana kita bersepakat membuat permainan dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar