Jumat, 13 November 2015

RUMAH

Rumah... mungkin bagi sebagian orang adalah tempat paling nyaman di dunia. Istana paling indah walau dunia luar terlihat megah. Karena beratap cinta dan kasih, bertembok kehangatan,bertiang kebersamaan. Tempat akhir setiap perjalanan,tempat pulang kemanapun kaki melangkah. 

Tapi aku rindu rumah itu, rumah yang kujabarkan. Rumah yang ku definisikan sederhana tapi menjadi impianku. Rasanya rumahku itu kosong, dingin, hampa. Kehangatannya sudah di rengkuh ego masing-masing. Seperti kumpulan orang asing. Tak peduli satu sama lain.

Apa indahnya layar screen selebar 5 inchi itu di banding kita berbicara dan bercanda bersama?. Apa asiknya nongkrong dengan teman-teman di banding duduk bercanda dengan keluarga. Apa kenyangnya makan sepotong roti di tempat kerja di banding masakan ibu di rumah?. apa hebatnya kicauan manusia di luar di banding nasehat ayah? apa hangatnya bertengkar dengan kekasih di banding berantem dengan adik? 

semua itu  sudah hilang semenjak duniaku berjalan bebas penuh inovasi dari barat juga pergaulan yang semakin hingar bingar. Kehangatannya menguap seiring kebutuhan hidup harus dipenuhi. Kebersamaannya menghilang seiring perkembangan tubuh kami, dan dingin karena lebih asik sendiri.

ayah mungkin lupa kemana ia pulang. karena ia harus berpergian jauh untuk memenuhin kebutuhan dasar kami. ibu mungkin tahu masih ada banyak kekurangannya makanya ia ikut bekerja keras. kakak-kakakku sudah tak lagi betah di rumah karena teman-temannya lebih asik di banding adiknya. dan adikku masih belum mengerti apa-apa kecuali bagaimana caranya ia tak jenuh di rumah. ia selalu bermain. aku sendiri??? lebih asik tenggelam dalam kesepianku.

bagaimana bisa aku  bertahan di luar rumah? sedang aku tak memiliki banyak teman seperti mereka. terlebih omongan orang tentang keluargaku cukup membakar emosiku.

hari ini aku sudah ada di tanah rantau. AMBISIKU menjadi ORANG SUKSE!! bagaimanapun caranya. aku tak lagi peduli dengan mereka. yang pasti aku harus kembali pulang dengan kebahagian. 

Tapi rasanya aku tak mau pulang. disini lebih nyaman dan tenang di banding rumah. aku juga lupa kemana aku harus pulang. karena itu bukan rumah lagi. itu bukan lagi keluarga. entahlah berkembangnya dunia penuh teknologi menjadikan kita berlomba mengejar uang. aku rindu kasih sayang ayah ibu, perhatian mereka bercanda dan makan bersama mereka. 

aku rindu nada lembut dari masing-masing keluarga tanpa ada yang meninggikan suara atau sesegukan menangis karena masalah dunia.

tapi ya sudahlah mungkin rumahku sudah tertiup angin kemarin hari ini yang tersisa hanya harapanku untuk membangun sebuah rumah kembali. yang penuh cinta canda kehangatan kebersamaan dan rumah yang kokoh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar