Minggu, 29 November 2015

bercanda denganmu

aku tengah bercanda dengan waktu. rasanya lucu saat aku memutar memori masa lalu. saat semuanya hanya tentang kamu. menggelikan tapi indah di kenang. dimana kekanak-kanakannya kita yang di landa asmara. kita sering mengibaratkan jika dunia miliki kita. masa itu... masa putih abu-abu yang menyenangkan. kelabilan kita, presepsi kita tentang cinta seolah semuanya benar.

hari ini aku mengingatmu tiba-tiba, kemudian membuka semua memori yang kita simpan dulu. aku tersenyum, merasa bodoh dan konyol. ada rasa sedih tapi juga bahagia. apa kabarmu hari ini? aku yakin masih seceria dulu. karena kau memang sosok yang gila.

bukan... bukan aku belum melupakanmu atau aku ingin kembali. aku hanya sebatas mengenangmu. aku tak lagi berminat merebutmu dari duniamu hari ini. entah tiba-tiba saja aku ingin mengenang masalalu.

kau masih ingat keinginan kita menjelajah dunia. sampai mana kau sudah melangkah? apa mimpimu sudah kau jalani hari ini? semoga segera tercapai.

kabarku? tentu luar biasa setiap harinya. banyak hal yang ku temui setiap hari. dan juga masih seperti dulu. aku masih sering berimajinasi, memiliki mimpi-mimpi gila yang tak masuk akal. dan berkhayal yang aneh-aneh. aku masih suka menyendiri. masih suka menapaki kesepian juga sunyi juga mencari ketenangan. aku masih suka berdiam diri. dan banyak hal yang masih sama.   

     

Minggu, 15 November 2015

untuk perempuan terhebat dalam hidupku yang terus bertanya "kapan aku menikah"

ibu. rasanya baru kemarin putrimu ini meninggalkan rumah untuk mengerti apa arti hidup sebenarnya. merantau di kota asing yang sama sekali tak ada dalam bayangannya sewaktu kecil, bahkan bekerja bukan seperti yang ia inginkan. semua itu di lakukan untukmu ibu. untuk kebahagiaanmu. untuk merubah nasibnya juga untuk masa depan yang lebih baik.

belum apa-apa ibu, ini baru sepertiga perjalanan yang putrimu ini lewati. asam pait manis hiduppun masih samar-samar putrimu ini rasakan. masih banyak pelajaran, pengalaman juga ambisi yang ingin ku gapai. ada banyak rencana yang ingin ku wujudkan ibu. mimpi-mimpi tentang dunia di imajinasiku ingin benar-benar ku realisasikan ibu.

engkau tahu ibu... kau tahu betul apa yang menjadi ambisi putrimu ini. cukuplah bu... aku memintamu untuk tidak lagi bertanya kapan aku menikah. jika Tuhan berkehendak tentu di waktu yang tepat Ia mempertemukanku dengan jodohku. laki-laki baik yang membimbingku,melindungiku,menjagaku dan membahagiakanku. dan yang pasti ia bertanggung jawab juga setia

andai kau tahu ibu... banyak trauma dalam jiwaku saat menghadapi laki-laki. aku takut laki-laki itu seperti ayah. yang meninggalkanmu bersama anak-anaknya dan kembali saat ia sakit. yang tak pernah kurasakan kasih sayangnya untukku. aku takut menemukan laki-laki seperti itu. di tanah rantau ini ibu. aku banyak menemukan laki-laki jahat. yang bak malaikat di depanku dan seperti iblis di belakangku.

menikah bukan hanya tentang aku dan dia saja ibu. menikah tentu tentang bersatunya 2 keluarga besar. aku takut bagaimana jika yang mencintaiku tapi ia tak mencintaimu. bagaimana keluarganya membencimu? aku tak akan menerima itu semua ibu. cukup dengan laki-laki sederhana yang memiliki cinta luar biasa. aku hanya menginginkan itu saja ibu. tak lebih.

tapi lebih baik ku dengar kata Tuhan saja. biarlah ia menentukan siapa jodohku. tak usah buru-buru ibu. tapi pasti ia menua bersamaku. ia juga pasti mencintaimu seperti mencintai ibunnya. aku tak mau sembarangan menerima seorang pemuda sebagai pendampingku ibu.

ibu, yakinlah putrimu ini baik-baik saja. ia pasti segera mengapai mimpinya kemudian suatu saat nanti mengenalkanmu pada seorang pemuda. saatb ini ku mohon doakan saja setiap langkahku ini terbaik. jangan kau risaukan dengan keadaan sekelilingmu. biar saja mereka berkomentar. aku masih sangat labil untuk menjadi sepertimu ibu. aku masih memiliki banyak ambisi juga mimpi yang ingin ku wujudkan. doakan langkahku ibu.

Jumat, 13 November 2015

Jakarta

JAKARTA...
apa kabarmu hari ini kawan?
 kurasa masih sama saja
MEMBOSANKAN, MONOTON, JENUH
sudah 3 tahun aku menemanimu
dan kita masih belum bersahabat
masih saling meledek, masih saling menghujat
kita sama-sama mengangkuhkan diri
Kau tahu.....
aku HEBAT, aku BISA, aku SANGGUP
Tapi aku juga tahu
kau TAK ramah, kau KEJAM, TANPA AMPUN
kita masih belum berkenalan
sampai saat ini
Tapi
aku menaruh harapan padamu
ada sebagian mimpiku, kusandarkan 
di dalammu.... JAKARTA
pernah sekali... aku ingin menyerah
tapi kesombonganmu
menantang nyaliku
menantang jiwa juaraku
baiklah jakarta ku terima tantangmu
siapa yang akan bertekuk lutut pada dunia!!
yang pasti ku katakan
BUKAN AKU! BUKAN AKU!
kesombonganku sejajar denganmu
itu karenamu juga
karena ajaranmu padaku
aku sama tak ramah? kejam? tanpa ampun?
tidak.. aku akan menyapamu 
tak sama seperti yang sudah tinggal disini lebih dulu
walau dengan ledekan dan hujatan
walau kita tak pernah berkenalan,walau kita tak pernah bersahabat
 
 
 
 

KAMU

Seingatku jatuh cinta itu menyenangkan
 Tapi semua itu dulu
Saat dalam duniaku masih ada kamu
Rasanya dunia milikiku

Ketika namamu di sebut nafasku sesaat berhenti, wangi tubuhmu membuat fokusku menghilang, tatap matamu yang membuat jantungku tak beraturan, suaramu seperti nyanyian terdengar merdu, saat semua tingkahmu memcuri perhatianku. SUNGGUH, dunia sangat indah waktu itu.

 Akalku beku!!
Logikaku tak sejalan dengan hatiku
KAMU....
manusia konyol bahkan tergolong gila
merampas seluruh perasaanku
tanpa permisi... tanpa meminta
benar-benar seperti kelakuanmu ah
tak sopan....

Lantas bagaimana aku mengendalikannya?
menghindar darimu? 
ATAU
menjauh darimu?
 
 
sudah cukup bijaksana aku menawar pada Tuhan. melawan hati dan bersi keras menyatukan logikaku. mempertimbangkan segala kemungkinan. memilih satu persatu keadaannya.


tapi aku gagal tuan
kamu sudah terlebih dulu menguasainya
aku jatuh cinta padamu
diamku adalah cara terbaik untuk kita tetap baik
dan kepergianku 
adalah bukti aku memang jatuh hati padamu

untukmu tuan si selung pipi yang manis.






 

RUMAH

Rumah... mungkin bagi sebagian orang adalah tempat paling nyaman di dunia. Istana paling indah walau dunia luar terlihat megah. Karena beratap cinta dan kasih, bertembok kehangatan,bertiang kebersamaan. Tempat akhir setiap perjalanan,tempat pulang kemanapun kaki melangkah. 

Tapi aku rindu rumah itu, rumah yang kujabarkan. Rumah yang ku definisikan sederhana tapi menjadi impianku. Rasanya rumahku itu kosong, dingin, hampa. Kehangatannya sudah di rengkuh ego masing-masing. Seperti kumpulan orang asing. Tak peduli satu sama lain.

Apa indahnya layar screen selebar 5 inchi itu di banding kita berbicara dan bercanda bersama?. Apa asiknya nongkrong dengan teman-teman di banding duduk bercanda dengan keluarga. Apa kenyangnya makan sepotong roti di tempat kerja di banding masakan ibu di rumah?. apa hebatnya kicauan manusia di luar di banding nasehat ayah? apa hangatnya bertengkar dengan kekasih di banding berantem dengan adik? 

semua itu  sudah hilang semenjak duniaku berjalan bebas penuh inovasi dari barat juga pergaulan yang semakin hingar bingar. Kehangatannya menguap seiring kebutuhan hidup harus dipenuhi. Kebersamaannya menghilang seiring perkembangan tubuh kami, dan dingin karena lebih asik sendiri.

ayah mungkin lupa kemana ia pulang. karena ia harus berpergian jauh untuk memenuhin kebutuhan dasar kami. ibu mungkin tahu masih ada banyak kekurangannya makanya ia ikut bekerja keras. kakak-kakakku sudah tak lagi betah di rumah karena teman-temannya lebih asik di banding adiknya. dan adikku masih belum mengerti apa-apa kecuali bagaimana caranya ia tak jenuh di rumah. ia selalu bermain. aku sendiri??? lebih asik tenggelam dalam kesepianku.

bagaimana bisa aku  bertahan di luar rumah? sedang aku tak memiliki banyak teman seperti mereka. terlebih omongan orang tentang keluargaku cukup membakar emosiku.

hari ini aku sudah ada di tanah rantau. AMBISIKU menjadi ORANG SUKSE!! bagaimanapun caranya. aku tak lagi peduli dengan mereka. yang pasti aku harus kembali pulang dengan kebahagian. 

Tapi rasanya aku tak mau pulang. disini lebih nyaman dan tenang di banding rumah. aku juga lupa kemana aku harus pulang. karena itu bukan rumah lagi. itu bukan lagi keluarga. entahlah berkembangnya dunia penuh teknologi menjadikan kita berlomba mengejar uang. aku rindu kasih sayang ayah ibu, perhatian mereka bercanda dan makan bersama mereka. 

aku rindu nada lembut dari masing-masing keluarga tanpa ada yang meninggikan suara atau sesegukan menangis karena masalah dunia.

tapi ya sudahlah mungkin rumahku sudah tertiup angin kemarin hari ini yang tersisa hanya harapanku untuk membangun sebuah rumah kembali. yang penuh cinta canda kehangatan kebersamaan dan rumah yang kokoh.