Minggu, 15 November 2015

untuk perempuan terhebat dalam hidupku yang terus bertanya "kapan aku menikah"

ibu. rasanya baru kemarin putrimu ini meninggalkan rumah untuk mengerti apa arti hidup sebenarnya. merantau di kota asing yang sama sekali tak ada dalam bayangannya sewaktu kecil, bahkan bekerja bukan seperti yang ia inginkan. semua itu di lakukan untukmu ibu. untuk kebahagiaanmu. untuk merubah nasibnya juga untuk masa depan yang lebih baik.

belum apa-apa ibu, ini baru sepertiga perjalanan yang putrimu ini lewati. asam pait manis hiduppun masih samar-samar putrimu ini rasakan. masih banyak pelajaran, pengalaman juga ambisi yang ingin ku gapai. ada banyak rencana yang ingin ku wujudkan ibu. mimpi-mimpi tentang dunia di imajinasiku ingin benar-benar ku realisasikan ibu.

engkau tahu ibu... kau tahu betul apa yang menjadi ambisi putrimu ini. cukuplah bu... aku memintamu untuk tidak lagi bertanya kapan aku menikah. jika Tuhan berkehendak tentu di waktu yang tepat Ia mempertemukanku dengan jodohku. laki-laki baik yang membimbingku,melindungiku,menjagaku dan membahagiakanku. dan yang pasti ia bertanggung jawab juga setia

andai kau tahu ibu... banyak trauma dalam jiwaku saat menghadapi laki-laki. aku takut laki-laki itu seperti ayah. yang meninggalkanmu bersama anak-anaknya dan kembali saat ia sakit. yang tak pernah kurasakan kasih sayangnya untukku. aku takut menemukan laki-laki seperti itu. di tanah rantau ini ibu. aku banyak menemukan laki-laki jahat. yang bak malaikat di depanku dan seperti iblis di belakangku.

menikah bukan hanya tentang aku dan dia saja ibu. menikah tentu tentang bersatunya 2 keluarga besar. aku takut bagaimana jika yang mencintaiku tapi ia tak mencintaimu. bagaimana keluarganya membencimu? aku tak akan menerima itu semua ibu. cukup dengan laki-laki sederhana yang memiliki cinta luar biasa. aku hanya menginginkan itu saja ibu. tak lebih.

tapi lebih baik ku dengar kata Tuhan saja. biarlah ia menentukan siapa jodohku. tak usah buru-buru ibu. tapi pasti ia menua bersamaku. ia juga pasti mencintaimu seperti mencintai ibunnya. aku tak mau sembarangan menerima seorang pemuda sebagai pendampingku ibu.

ibu, yakinlah putrimu ini baik-baik saja. ia pasti segera mengapai mimpinya kemudian suatu saat nanti mengenalkanmu pada seorang pemuda. saatb ini ku mohon doakan saja setiap langkahku ini terbaik. jangan kau risaukan dengan keadaan sekelilingmu. biar saja mereka berkomentar. aku masih sangat labil untuk menjadi sepertimu ibu. aku masih memiliki banyak ambisi juga mimpi yang ingin ku wujudkan. doakan langkahku ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar