Minggu, 20 Oktober 2019

HIDUP TENANG

Bagaimana jika suatu saat kau tak memiliki hatimu sekarang. Topeng yang selama ini kau gunakan benar-benar mengubah sosokmu. Maksudnya saat kau tak pernah lagi peduli sekitarmu dan hanya memikirkan dirimu sendiri. Pasti akan banyak nyawa yang kau minta sebagai tebusannya.

"Kau tak ingin membalasnya? Atau mungkin menghabisinya jika kau mau aku akan mencarinya dan membawanya di hadapanmu dengan luka yang lebih dari ini"

"Biarkan saja... tak usah di urus aku sudah tau dalangnya. Biarkan dia senang atas lukaku hari ini"

"Sampai kapan kau akan diam?"

"Sampai Tuhan benar-benar menyuruhku pulang"

"Aku tak tau cara berpikirmu.. rumit ya sangat rumit. Entah apa yang ada di otakmu . Ini sudah 3 kali dalam waktu dekat kau hampir mati"

"Hahaha aku senang mereka ternyata perhatian padaku... setelah lama menghilang akhirnya mereka menemukanku kembali bukan?"

"Kau gila.."

"Hmm ibuku pernah bilang. Nilailah orang dengan nilai 0 setiap harinya agar hatimu tenang. Tak ada dendam tak ada penyakit hati yang mengusik waktumu. Karena setiap saat hati manusia bisa di bolak balik oleh Tuhan. Jika hari ini dia melukaimu mungkin bisa jadi dia menyesal esok hari dan bertaubat. Tuhan saja banyak memberi kesempatanku hidup dengan cara yang luar biasa harusnya aku bersyukur bukan?? Kenapa aku harus mencari masalah dengan berbalas dendam. Biarkan saja Tuhan yang bekerja . Aku tinggal menikmatinya."

"Entahlah ... ibumu malaikat atau manusia yang bodoh. Membiarkan dirinya sendiri di lukai orang lain.. dan sekarang anaknya ikut bodoh"

"Haha kenapa kau sangat kesal hmm??? Lihatlah dirimu kesal terhadap kesalahan orang lain. Padahal orang itu sama sekali tidak memikirkanmu yang sedang menggerutu tak jelas huh"

"Argghh. Kenapa aku di tugaskan menjaga orang aneh sepertimu. Kenapa tidak kakakmu saja agar aku bisa main koboi koboian."

"Harusnya kau bersyukur disini denganku.. tak harus banyak berbuat dosa dan menikmati hidupmu dengan benar"

"Ya sebelum mereka datang lagi hidupku benar. Dan sekarang mereka muncul kembali dan kapan saja bisa melukaimu hidupku berubah jadi penuh kekhawatiran dan kecemasan bagaimana jika kau tak selamat kakak pertamamu akan menggantungku dan membuangku di laut"

"Apa kau percaya takdir?? Jika aku hari ini harus pulang... maka aku kan pulang tak ada yang bisa menghentikannya. Maka dari itu aku selalu memaafkan setiap orang yang bersalah padaku agar aku tak ada beban jika aku tiba-tiba mati. Menilai mereka bersih dengan harapan Hatiku tak ada sedikitpun dendam dan aku bisa berjalan tenang saat menuju surga. Bukankah itu terdengar menyenangkan??"

"Dengan cara tersiksa di dunia kau harap mendapatkan surga yang belum pasti kau miliki?? Kau benar-benar dimana otak cerdasmu sampai kau .... argg h aku hampir frustasi menghadapimu"

"Sesekali percayalah pada Tuhan kau hidup atas Karunianya jangan selalu menggerutu dan mengeluh itu tidak akan membuatmu menjadi lebih baik"

"Aku pergi dulu kau tidurlah"

"Jangan beri tahu ibuku bilang aku baik-baik saja tak ada masalah"

"Kau selalu saja menyuruhku berbohong"
"Aku hanya tak ingin dia khawatir"



Kamis, 17 Oktober 2019

Takdir atau nasib

Menertawakan diri sendiri adalah penghiburan terbaik dari sebuah takdir yang tak pernah ku harapkan. Bukannya garis takdir sudah di tuliskan semenjak engkau dalam kandungan ibumu. Entah dosa apa yang kau atau ibumu perbuat hingga Tuhan memberimu peran yang sungguh luar biasa. Anugrah atau musibah itu tergantung bagaimana cara pandangmu terhadap hidupmu.

Aku sedang menatap diriku dalam kesialan. Bagaimana tidak?? Aku di hadapan dengan begitu banyak orang-orang naif di sekelilimgku. Di hadapkan dengan orang-orang bermuka dua.

Lihatlah...... betapa menjijikannya mereka yang berakting bak malaikat di depanku. Memuja dan memujiku seolah aku dewa. Dan sangat busuklah mereka di belakangku yang mengatai dan memakiku.


Aku yang asik dengan diriku sendiri dengan membawa segala ketulusan dan kebaikanku padahal jelas-jelas telingaku mendengar mereka bergunjing tentangku. Dan mataku yang tertutup dengan semua pujian itu hingga hatiku menolak kekejian itu.

Kau tau !!! Aku kadang merutuki diriku sendiri yang memiliki semua sikap ini... diam tak melawan dan pergi..

Aku hanya benci perdebatan perselisihan dan permusuhan.

Tapi juga ada dalam diriku yang kadang kecewa saat uluran tanganku untuk membantu atau mengajak berteman di abaikan.

Maka aku akan segera berbalik dan menjauh sejauh mungkin.

Tapi kadang aku yang menerima uluran tangan juga pertemanan mereka tanpa kompromi hingga jadi termanfaatkan.

Sedikit ceritaku tentang sekumpulan teman.

Di lingkungan dan tempat kerja aku adlah bank berjalan tempat mereka mengadu saat kantong kempes

Di tempat aku meraih pendidikan aku adalah buku. Tempat mereka mencari jawaban ujian. Mengerjakan tugas.
Gelar kaka tingkatku SE dan SH itu selayaknya untukku karena 80% skripsinya aku yang mengerjakan

Ah di manfaatkan bukan.

Tapi aku masih bersyukur memiliki seorang kakak yang baik dan penuh pengertian sebelum takdir merebutnya dari sisiku.

Satu2nya orang yang tulus dan tanpa pamrih memperhatikan juga menyayangiku sebaik mungkin.

Keserakahkan seseorang terhadap harta mengambil sebuah kelurga.

Aku tahu sangat tau... ada yang harus di korbankan untuk mencapai sesuatu.
Tapi haruskah bayarannya sebuah nyawa??
Nyawa yang menjadi harta berharga bagi hidup seseorang.

Entah jalan cerita apa yang Tuhan sedang bangun... dukaku bertahun2 tak kunjung sembuh. Keluargaku tak pernah bersatu dan kita harus bersembunyi dengan nama dan keluarga baru.


Sampai di titik aku menemukan 7 rupa manusia yang sama seperti mendiang malaikat pelindungku. Kekasih hatinya selalu saja terobsesi dengan kakakku disaat dia menemukan orang dengan postur tubuh dan muka yang serupa selalu saja dengan hebohnya memberitahuku dan harus membantunya untuk mendekati. Aku heran kenapa dia begitu yakin kakaku belum mati...

Ah mati... bukannya kasar sekali. Tapi penjemputan ajalnya memang sangat kasar dan di renggut paksa. Apa aku salah menyebutnya mati??

Kembali lagi... kekasih gila kakakku bahkan melihat terakhir kali wajahnya saat akan di kebumikan apa itu tak cukup jadi bukti dan kenyataan yang terjadi. Sampai pada titik dia menyadari kakakku sudah tiada dan dia meninggalkan gadis itu.


Lihatlah keadaan sekelilingku bukannya lebih seru dari sebuah drama.


Ah Tuhan masih begituu senang dengan takdir yang tak menyenangkan untuk ku mainkan.

Dan hari ini aku menemukan wajah yang sama persis. Senyum yang sama persis dan aku pertama kalinya berharap dalam hidupku dia kakakku.

Yang akan membawaku keluar dari persembunyian ini. Memberi ku jalan untuk bernafas bebas dengan segala beban yang ada.

Tapi lagi-lagi aku di pukul sang Waktu dengan begitu keras. Tanpa sadar aku mengusik hidup seseorang yang ku harapkan dia kakakku.

Aku di tampar begitu keras sampai dimana lubang yang ku tutup perlahan di buka lagi dengan luka yang lebih parah. Dia bukan kakakku dia tak mempunyai darah yang aku punya. Dia orang lain. Orang asing.

Aku harus melangkah kembali artinya aku harus menerima kepahitan lagi tentang kesendirianku menghadapi manusia keji itu sendiri. Ah bolehkan takdir membawa kembali kakakku itu... agar aku bisa lagi menangis karena kesakitanku.